• Tentang
  • Team
  • Pedoman
  • Kontak
Senin, 11 Desember 2023
rebowagen.com
  • Beranda
  • Lingkungan
    Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

    Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

    Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

    Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

    ‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

    ‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

    Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

    Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

    Sabar dan Ikhlas, Teladan dan Makna Perjuangan Mbah Sadiman Menghijaukan Bumi

    Sabar dan Ikhlas, Teladan dan Makna Perjuangan Mbah Sadiman Menghijaukan Bumi

    Kawasan Bentang Alam Karst Gunungkidul, ‘Sak Kêpêl Cunthêl, Sak Upa Dawa?

    Kawasan Bentang Alam Karst Gunungkidul, ‘Sak Kêpêl Cunthêl, Sak Upa Dawa?

    Trending Tags

  • Seni & Budaya
    • Semua
    • Adat
    • Pertanian
    • Seni
    Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

    Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

    Nyadran Bulan Ruwah, Momen Orang Jawa ‘Mengeti Arwah’

    Nyadran Bulan Ruwah, Momen Orang Jawa ‘Mengeti Arwah’

    Fungsi, Alat, dan Romantisme Pawon (Dapur) Tradisional Gunungkidul

    Fungsi, Alat, dan Romantisme Pawon (Dapur) Tradisional Gunungkidul

    Tradisi Wedangan, Sebuah Strategi Komunikasi Orang Gunungkidul

    Tradisi Wedangan, Sebuah Strategi Komunikasi Orang Gunungkidul

    Pijat Refleksi ABDW, Meraba, Memijat Pusat-Pusat Simpul Permasalahan Sosial Gunungkidul

    Pijat Refleksi ABDW, Meraba, Memijat Pusat-Pusat Simpul Permasalahan Sosial Gunungkidul

    ‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

    ‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

    Cerita Reyog Dhodhog, Seni Reyog Yang Konon Paling Klasik di Gunungkidul

    Cerita Reyog Dhodhog, Seni Reyog Yang Konon Paling Klasik di Gunungkidul

    Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

    Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

    Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

    Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

  • Sejarah
    • Semua
    • Cerita Rakyat
    Napak Tilas Sejarah Pergantian Nama Empat Padukuhan di Kalurahan Kepek, Wonosari, Gunungkidul

    Napak Tilas Sejarah Pergantian Nama Empat Padukuhan di Kalurahan Kepek, Wonosari, Gunungkidul

    Penamaan Tempat di Gunungkidul Berdasarkan pada Kondisi Geografisnya

    Penamaan Tempat di Gunungkidul Berdasarkan pada Kondisi Geografisnya

    Kilas Balik ‘Verdon Gorge van Java’, Air Terjun Sri Gethuk Yang Menawan

    Kilas Balik ‘Verdon Gorge van Java’, Air Terjun Sri Gethuk Yang Menawan

    Nestapa Zaman Gaber dan Upaya Masyarakat Gunungkidul Bertahan Hidup

    Nestapa Zaman Gaber dan Upaya Masyarakat Gunungkidul Bertahan Hidup

    Tugu Jumenengan di Gunungkidul,  Tanda Sejarah Penobatan Sri Sultan Hamengkubuwana IX

    Tugu Jumenengan di Gunungkidul, Tanda Sejarah Penobatan Sri Sultan Hamengkubuwana IX

    Makna Tradisi Gumbregan, Kearifan Sikap Petani Terhadap Hewan Ternak

    Makna Tradisi Gumbregan, Kearifan Sikap Petani Terhadap Hewan Ternak

    Tebing Pantai Ngungap, Napak Tilas Junghuhn Setelah Lebih Dari Satu Setengah Abad

    Tebing Pantai Ngungap, Napak Tilas Junghuhn Setelah Lebih Dari Satu Setengah Abad

    Tugu Handayani: Simbol Identitas dan Perjuangan Masyarakat Gunungkidul

    Tugu Handayani: Simbol Identitas dan Perjuangan Masyarakat Gunungkidul

    Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

    Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

    Gapura Lar Badak: Ikon Gunungkidul yang Penuh Makna

    Gapura Lar Badak: Ikon Gunungkidul yang Penuh Makna

    Trending Tags

  • Sosial
  • Kearifan Lokal
  • Mitos
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Lingkungan
    Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

    Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

    Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

    Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

    ‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

    ‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

    Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

    Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

    Sabar dan Ikhlas, Teladan dan Makna Perjuangan Mbah Sadiman Menghijaukan Bumi

    Sabar dan Ikhlas, Teladan dan Makna Perjuangan Mbah Sadiman Menghijaukan Bumi

    Kawasan Bentang Alam Karst Gunungkidul, ‘Sak Kêpêl Cunthêl, Sak Upa Dawa?

    Kawasan Bentang Alam Karst Gunungkidul, ‘Sak Kêpêl Cunthêl, Sak Upa Dawa?

    Trending Tags

  • Seni & Budaya
    • Semua
    • Adat
    • Pertanian
    • Seni
    Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

    Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

    Nyadran Bulan Ruwah, Momen Orang Jawa ‘Mengeti Arwah’

    Nyadran Bulan Ruwah, Momen Orang Jawa ‘Mengeti Arwah’

    Fungsi, Alat, dan Romantisme Pawon (Dapur) Tradisional Gunungkidul

    Fungsi, Alat, dan Romantisme Pawon (Dapur) Tradisional Gunungkidul

    Tradisi Wedangan, Sebuah Strategi Komunikasi Orang Gunungkidul

    Tradisi Wedangan, Sebuah Strategi Komunikasi Orang Gunungkidul

    Pijat Refleksi ABDW, Meraba, Memijat Pusat-Pusat Simpul Permasalahan Sosial Gunungkidul

    Pijat Refleksi ABDW, Meraba, Memijat Pusat-Pusat Simpul Permasalahan Sosial Gunungkidul

    ‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

    ‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

    Cerita Reyog Dhodhog, Seni Reyog Yang Konon Paling Klasik di Gunungkidul

    Cerita Reyog Dhodhog, Seni Reyog Yang Konon Paling Klasik di Gunungkidul

    Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

    Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

    Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

    Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

  • Sejarah
    • Semua
    • Cerita Rakyat
    Napak Tilas Sejarah Pergantian Nama Empat Padukuhan di Kalurahan Kepek, Wonosari, Gunungkidul

    Napak Tilas Sejarah Pergantian Nama Empat Padukuhan di Kalurahan Kepek, Wonosari, Gunungkidul

    Penamaan Tempat di Gunungkidul Berdasarkan pada Kondisi Geografisnya

    Penamaan Tempat di Gunungkidul Berdasarkan pada Kondisi Geografisnya

    Kilas Balik ‘Verdon Gorge van Java’, Air Terjun Sri Gethuk Yang Menawan

    Kilas Balik ‘Verdon Gorge van Java’, Air Terjun Sri Gethuk Yang Menawan

    Nestapa Zaman Gaber dan Upaya Masyarakat Gunungkidul Bertahan Hidup

    Nestapa Zaman Gaber dan Upaya Masyarakat Gunungkidul Bertahan Hidup

    Tugu Jumenengan di Gunungkidul,  Tanda Sejarah Penobatan Sri Sultan Hamengkubuwana IX

    Tugu Jumenengan di Gunungkidul, Tanda Sejarah Penobatan Sri Sultan Hamengkubuwana IX

    Makna Tradisi Gumbregan, Kearifan Sikap Petani Terhadap Hewan Ternak

    Makna Tradisi Gumbregan, Kearifan Sikap Petani Terhadap Hewan Ternak

    Tebing Pantai Ngungap, Napak Tilas Junghuhn Setelah Lebih Dari Satu Setengah Abad

    Tebing Pantai Ngungap, Napak Tilas Junghuhn Setelah Lebih Dari Satu Setengah Abad

    Tugu Handayani: Simbol Identitas dan Perjuangan Masyarakat Gunungkidul

    Tugu Handayani: Simbol Identitas dan Perjuangan Masyarakat Gunungkidul

    Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

    Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

    Gapura Lar Badak: Ikon Gunungkidul yang Penuh Makna

    Gapura Lar Badak: Ikon Gunungkidul yang Penuh Makna

    Trending Tags

  • Sosial
  • Kearifan Lokal
  • Mitos
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
rebowagen.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Seni & Budaya Adat

Upacara Adat Cing Cing Goling, Sejarah dan Prosesinya

"Orang yang ingin berkah harus berani sedekah, orang yang mau selamat ya harus berani selamatan”. Ungkapan Bu Marti yang masih terngiang sampai hari ini. Sebuah kalimat sederhana tapi kaya akan makna. Apa yang disampaikan oleh Bu Marti terkait sedekah dan selametan masih banyak saya temui pada masyarakat Gunungkidul. Ada sedekah kepada bumi, kepada laut, hewan ternak, kepada kelahiran, dan selamatan kepada sumber air. Salah satu upacara selamatan kepada sumber air yang cukup tua di Gunungkidul adalah upacara adat Cing Cing Goling, di Kapanewon Karangmojo. Ritual adat ini juga sebagai cerita sejarah asal-usul Padukuhan Gedangan.

Kris Mheilda Setiawati oleh Kris Mheilda Setiawati
19 Agustus 2022
pada Adat
0
Upacara Adat Cing Cing Goling, Sejarah dan Prosesinya
Bagikan di WhatsAppBagikan di Facebook

Upacara adat (rebowagen.com)– Hari masih pagi, (28/07/2022) kondisi jalan di kota Wonosari terlihat ramai lancar. Banyak lalu-lalang anak berangkat ke sekolah dan para pekerja pemerintah nampak memasuki kawasan kedinasan di area alun-alun kota Wonosari. Hari itu, saya memacu sepeda motor ke arah timur, menuju ke Kapanewon Karangmojo. Saya berangkat pagi-pagi menuju lokasi upacara adat ‘Cing Cing Goling’. Tepatnya di Padukuhan Gedangan, Kalurahan Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo, Gunungkidul. Saya memang sengaja datang lebih pagi, dari informasi jam mulai yang ada di poster acara. Dengan tujuan, ingin melihat persiapan yang dilakukan oleh warga yang akan melakukan upacara.

Benar saja, lokasi acara masih terlihat lengang, hanya beberapa orang yang tampak hilir mudik, mempersiapkan sound dan menata kursi-kursi yang diperuntukan tamu-tamu. Dikesibukan lain yang menarik perhatian saya adalah sekumpulan bapak-bapak yang tengah sibuk menganyam janur menjadi beragam bentuk. Gerak tangan para bapak ini terlihat cekatan, dari kegesitannya bisa dipastikan bahwa mereka memang terbiasa dengan ketrampilan ini.

Menganyam janur untuk persiapan upacara Cing Cing Goling

 

Ada beragam bentuk anyaman yang dibuat, seperti keris-kerisan, walangkapa, kupat lemuar, kupat kodok, peli asu, dan ulo-ulonan. Ragam anyaman tersebut akan dipasang sebagai ‘gawar’ atau sebagai tanda batas upacara adat Cing Cing Goling.

TulisanTerkait

Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

25 Maret 2023
‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

8 Februari 2023
Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

19 Januari 2023
Tahapan dan Makna Selamatan Orang Meninggal Dalam Adat Tradisi Masyarakat Jawa

Tahapan dan Makna Selamatan Orang Meninggal Dalam Adat Tradisi Masyarakat Jawa

11 Desember 2022

Sejarah Upacara Adat Cing Cing Goling

Upacara adat Cing Cing Goling merupakan tradisi yang sangat tua di Gunungkidul. Menurut Sugeng Sugiyanto selaku pemangku adat Desa Gedangrejo, tradisi Cing Cing Goling berawal dari peperangan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak yang terjadi pada abad ke-15 pada tahun 1400 Masehi. Konon, Kerajaan Majapahit mengalami kekalahan sehingga menyebabkan banyak prajurit dan senapati gugur di medan perang. Sebagian yang lain melakukan pelarian dan bersembunyi di hutan dan gunung.

Salah satu putra Prabu Brawijaya V yang turut melarikan diri adalah Raden Wisang Sanjaya beserta istrinya. Dalam pelariannya, mereka sampai ke Gunungkidul di daerah Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo.

“Sebelum Raden Wisang datang ke sini, desa ini tidak ada namanya mbak. Raden Wisang datang kesini terus ganti nama jadi Raden Pisang (gedang), biar tidak ketahuan. Itu kenapa desa ini akhirnya diberi nama Gedangrejo, awalnya dari situ”

ujar Sugeng Sugiyanto selaku pemangku adat.

Kaburnya Raden Wisang Sanjaya ke Gunungkidul, diterima oleh Eyang Brojonolo, Eyang Honggonolo, dan Eyang Nolodongso. Daerah Gedangan dulunya merupakan desa yang tandus, sulit untuk bercocok tanam karena kesulitan mendapatkan akses air. Mendengar hal tersebut Raden Wisang Sanjaya dengan kesaktian dan keahliannya, membuatkan sebuah bendungan yang akhirnya terkenal dengan nama bendungan Kedung Dawang.

Upayanya membuat bendungan dibantu oleh Eyang Yudopati dan Eyang Tropoyo. Bendungan dan saluran irigasi yang dibuat oleh Raden Wisang akhirnya bisa mengaliri sawah-sawah milik warga. Bendungan ini mampu mengairi sekitar 50 hektar sawah di daerah Gedangan. Sehingga daerah tersebut menjadi subur dan mampu memakmurkan warga Gedangan sampai saat ini.

Baca Juga

‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

7 Februari 2023
Tiga Telaga di Petir Rongkop Gunungkidul Yang Hanya Tinggal Cerita

Tiga Telaga di Petir Rongkop Gunungkidul Yang Hanya Tinggal Cerita

19 November 2022

Keberhasilan Raden Wisang Sanjaya membuat bendungan, akhirnya mampu membangun peradaban baru bagi warga Desa Gedangan. Lambat laun banyak orang yang akhirnya bermukim dan mencari penghidupan di daerah ini. Eyang Brojonolo melihat tempat tinggalnya yang dulu adalah tanah ‘cengkar’ (tandus) kini menjadi subur. Karena merasa sangat terbantu, akhirnya beliau membuat sebuah acara tasyakuran atau selamatan. Dari acara inilah yang akhirnya melahirkan tradisi upacara adat Cing Cing Goling.

Cing Cing Goling berasal dari kata ‘Cincing’ (Jawa) yang berarti mengangkat/menaikkan kain ke atas, sedangkan ‘Goling’ artinya ‘ngglundung’ (menggelinding) atau menggulungkan badan di atas tanah. Upacara adat Cing Cing Goling dilaksanakan setahun sekali pada hari Senin Wage atau Kamis Kliwon setelah panen kedua atau biasa disebut ‘lemarengan’. Lokasi yang digunakan untuk prosesi Cing Cing Goling berada di sekitar bendungan Kedung Dawang.

Ritual Cing Cing Goling memiliki berbagai rangkaian prosesi upacara, yang pertama adalah bersih desa. Warga membersihkan lingkungan rumah masing-masing dan area tempat prosesi upacara. Kedua adalah pembuatan 24 ‘panjang ilang‘ yang berisi beragam hasil bumi.

“Jumlah ‘panjang ilang’ harus 24, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih, ini menjadi syarat wajib upacara Cing Cing Goling,” lanjut Sugeng Sugiyanto.

Ketiga adalah kenduri dengan membuat puluhan ingkung yang nantinya akan dibagikan kepada semua peserta upacara adat. Keempat adalah fragmen pementasan tarian Cing Cing Goling.

Tarian ini dibuat oleh Eyang Brojonolo sebagai gambaran bagaimana perjuangan Raden Wisang Sanjaya dan Nyi Wisang Sanjaya. Kedua tokoh ini dan dua pengawalnya sampai di Dusun Gedangan setelah melewati berbagai rintangan. Dalam tarian ini terdapat 24 penari yang terdiri dari 1 perempuan dan 23 laki-laki. Perempuan dalam tarian ini memerankan Nyi Wisang Sanjaya, 3 laki-laki memerankan Raden Wisang Sanjaya dan pengawalnya (Eyang Yudopati dan Eyang Tropoyo). Dan sisanya berperan sebagai ‘warok’ yang diartikan sebagai godaan/gangguan yang menghadang perjalanan Raden Wisang Sanjaya.

Alur Upacara Cing Cing Goling

Dalam prosesi upacara adat ini ada 3 hal yang menjadi pantangan atau larangan yang tidak boleh dilanggar. Diantaranya yaitu masakan yang dibawa untuk kenduri, tidak boleh berupa olahan tempe atau kedelai. Kedua, perempuan yang tengah menstruasi atau hamil tidak boleh ikut dalam kenduri. Ketiga semua masakan yang dimasak oleh warga kampung tidak boleh dicicipi.

Tulisan Terbaru

Bukan Sekedar Batu Perhiasan, Ternyata Banyak Manfaat Batu Akik Bagi Yang Percaya

Bukan Sekedar Batu Perhiasan, Ternyata Banyak Manfaat Batu Akik Bagi Yang Percaya

30 Maret 2023
Tular Srawung, Tujuh Pilar Perjuangan Sanggar Lumbung Kawruh

Tular Srawung, Tujuh Pilar Perjuangan Sanggar Lumbung Kawruh

29 Maret 2023
Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

25 Maret 2023
Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

16 Maret 2023

Sebelum prosesi upacara adat, para penari, prajurit, pemangku adat, dan para peserta yang lain melakukan rias bersama di gedung Kalurahan Gedangrejo. Jaraknya sekitar 1 km dari Bendungan Kedung Dawang. Upacara mulai dilaksanakan sekitar pukul 13.00 WIB. Dimulai dengan arak-arakan para pemain, prajurit, 24 panjang ilang dan peserta lain menuju lokasi upacara adat. Dalam proses ini, warga sudah memenuhi jalanan, venue yang tadi lengang saat ini penuh sesak oleh para warga dan penonton yang ingin menyaksikan prosesi upacara Cing Cing Goling.

Sesampainya di lokasi, para penari akan berjalan menuju area persawahan dan ‘panjang ilang‘ akan dibawa menuju ‘pawonan‘. ‘Pawonan‘ merupakan tempat yang digunakan oleh Raden Wisang Sanjaya untuk memasak makanan selama proses pembangunan bendungan. Di area ‘pawonan‘ ini sudah ramai berjajar ibu-ibu dan bapak-bapak yang membawa ingkung untuk dikendurikan.

“Untuk acara religi, ‘pawonan’ ini digunakan sebagai tempat mediasi oleh masyarakat kepada sang pencipta. Misalnya ada masyarakat yang punya kepentingan atau keperluan, nah biasanya akan dilakukan di sini. Biasanya orang yang punya kepentingan di sini, akan melakukan nazar, entah nazar mau menyembelih sapi ayam atau kambing pas upacara Cing Cing Goling” ujar Sugeng Sugiyanto sambil menunjukan menunjukkan lokasi ‘pawonan‘.

 

24 Panjang Ilang diarak menuju Padupan

Usai dari ‘pawonan‘, ‘panjang ilang‘ akan diarak menuju ‘Padupan‘. Di lokasi ‘Padupan‘ ini terdapat pohon beringin, di sampingnya terdapat sebuah cawan atau tempat dupa yang cukup besar. Hal ini menggambarkan bahwa ‘Padupan‘ ini dari dulu memang digunakan sebagai tempat bertapa. ‘Panjang ilang‘ diletakkan di samping pohon beringin. Mbah Kaum merapalkan doa-doa sambil membakar kemenyan, dalam prosesi ini tiba-tiba mbah kaum banyak diserbu bapak-bapak dan ibu-ibu yang membawa bungkusan kembang.

Mereka menyerahkan ‘ubarampe‘ yang dibawa kepada Mbah Kaum. Simbah itu nampak sibuk merapalkan doa sambil membakar kemenyan yang diberikan oleh warga yang hadir di padupan.

Warga menyerahkan ubarampe kepada Mbah Kaum

“Kawula kepotangan, Gusti ora motangake sampurna ana ing dina Kemis Kliwon ana ing adicara Cing Cing Goling”

Ucap Mbah Kaum diantara asap kemenyan.

Berdasarkan cerita yang dipaparkan oleh Pak Sugeng, ‘Padupan‘ dalam upacara Cing Cing Goling digunakan sebagai tempat ‘penyuwunan’ (do’a), atau ucapan terimakasih karena permohonannya dikabulkan. Warga yang memberikan kembang beserta ubarampe, adalah sosok yang dikabulkan permohonannya
setelah dari ‘Padupan’. ‘Panjang ilang‘ diarak menuju area persawahan yang digunakan untuk pementasan tari. Sawah yang digunakan untuk pementasan, masih tumbuh beragam tanaman. Namun anehnya, para pemilik sawah tidak marah dan malah memperbolehkan sawahnya diinjak-injak untuk upacara adat ini.

“Warga memperbolehkan, karena memang kesuburan tanahnya selama ini berkat usaha Raden Wisang Sanjaya dalam membuat bendungan,” kata Sugeng Sugiyanto menjelaskan.

Akhirnya, pementasan dimulai, laki-laki dan perempuan yang berperan sebagai Raden Wisang Sanjaya, beserta istri dan dua pengawalnya tampak berada di tengah para ‘warok‘. Raden Wisang membawa ‘pecut‘ (cemeti) yang cukup besar yang digunakan untuk memecut para ‘warok‘. “ctarrrrrr!!!” begitu suara dari pecut saat dilecutkan. Para warok akan berguling-guling di tanah dan Raden Wisang beserta istrinya akan berlari menuju sawah yang lain, begitu seterusnya.

Pementasan Cing Cing Goling

1 of 5
- +

1. Pementasan tarian Cing Cing Goling

2. Pementasan tarian Cing Cing Goling

3. Pementasan tarian Cing Cing Goling

4. Makan bersama setelah pementasan

5. Warga yang mengikuti Cing Cing Goling

Warga menyerahkan ubarampe kepada Mbah Kaum

Dalam tarian ini sama sekali tidak menggunakan alat musik, mereka hanya berteriak “Cing goling” secara bersama-sama. Prosesi tarian Cing Goling berlangsung sekitar 30 menit. Setelah mencapai ujung sawah, tarian akhirnya dipungkasi dengan para penari menikmati makanan yang tersedia di dalam ‘panjang ilang‘.

Upacara adat kemudian dipungkasi dengan kenduri bersama dan membagikan nasi beserta ingkung yang sudah dimasak oleh warga Dusun Gedangan kepada para peserta. Upacara Cing Cing Goling selesai sekitar pukul 15.30 sore.

Saya kemudian pulang dengan perasaan senang, senang karena dapat melihat langsung tradisi Cing Cing Goling yang sejak dulu baru sebatas mendengar ceritanya. Sebuah tradisi yang masih ‘diuri-uri‘ masyarakatnya. Tradisi yang sangat erat dengan air sebagai sumber kehidupan.

Tags: GedangrejoKarangmojo
KirimBagikan
Post Sebelum

Dibalik Stigma Negatif Dupa dan Kemenyan, Ternyata Menyimpan Nilai dan Makna Luhur

Post Selanjutnya

Tata Cara, Bahan dan Makna Jamasan Benda Pusaka

Kris Mheilda Setiawati

Kris Mheilda Setiawati

Kadang Minggir, Kadang Gunungkidul — Mudah ditemukan melalui akun instagram

TulisanTerkait

Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru
Adat

Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

25 Maret 2023
‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul
Adat

‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

8 Februari 2023
Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni
Adat

Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

19 Januari 2023
Tahapan dan Makna Selamatan Orang Meninggal Dalam Adat Tradisi Masyarakat Jawa
Adat

Tahapan dan Makna Selamatan Orang Meninggal Dalam Adat Tradisi Masyarakat Jawa

11 Desember 2022
Post Selanjutnya
Tata Cara, Bahan dan Makna Jamasan Benda Pusaka

Tata Cara, Bahan dan Makna Jamasan Benda Pusaka

Suara-Suara Jiwa Dalam Dunia Sepi Rofitasari Rahayu

Suara-Suara Jiwa Dalam Dunia Sepi Rofitasari Rahayu

Usum Nggaplek, Inilah Musim Para Petani Gunungkidul Memanen Singkong

Usum Nggaplek, Inilah Musim Para Petani Gunungkidul Memanen Singkong

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Lainnya

Mengenal Upacara Sedekah Laut Ngalangi di Pantai Nglambor

Mengenal Upacara Sedekah Laut Ngalangi di Pantai Nglambor

1 tahun lalu
Kenduri Muludan, Ritual Adat Memperingati Kelahiran Nabi di Gunungkidul

Kenduri Muludan, Ritual Adat Memperingati Kelahiran Nabi di Gunungkidul

1 tahun lalu
Tata Cara, Bahan dan Makna Jamasan Benda Pusaka

Tata Cara, Bahan dan Makna Jamasan Benda Pusaka

1 tahun lalu
Kenali Jenis-jenis Tanah Longsor, Penyebab, Pemicu dan Langkah Mitigasinya

Kenali Jenis-jenis Tanah Longsor, Penyebab, Pemicu dan Langkah Mitigasinya

1 tahun lalu
Sinau Tetanen Gunungkidul, Kelas Pertanian Subsisten Ala Sekolah Pagesangan

Sinau Tetanen Gunungkidul, Kelas Pertanian Subsisten Ala Sekolah Pagesangan

1 tahun lalu
Puluhan Tahun Tekuni Batik, Seniman Asal Gunungkidul Ini Ciptakan 14 Motif Berbasis Sejarah Desa

Puluhan Tahun Tekuni Batik, Seniman Asal Gunungkidul Ini Ciptakan 14 Motif Berbasis Sejarah Desa

1 tahun lalu
Kisah Tragis Sang Penjaga Alam – Airnya Dimanfaatkan, Penjaganya Dibunuh Perlahan

Kisah Tragis Sang Penjaga Alam – Airnya Dimanfaatkan, Penjaganya Dibunuh Perlahan

1 tahun lalu
rebowagen.com

  • Tentang
  • Team
  • Pedoman
  • Kontak

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Home
  • Lingkungan
  • Seni & Budaya
    • Seni
  • Sejarah
    • Cerita Rakyat
    • Mitos
  • Sosial
  • Kearifan Lokal
  • Pertanian
  • Adat

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist