Lingkungan(rebowagen.com)– ‘Anjirrr…!!!‘ begitu ucapan yang dilontarkan seseorang sebagai ekspresi rasa terkejut, heran, kagum atau kaget saat spontan mengetahui suatu kejadian. ‘Anjir‘ trending diucapkan oleh anak-anak muda, baik secara langsung atau berseliweran di percakapan media sosial.
“Kata ‘anjir’ yang diucapkan banyak orang itu artinya tidak mengacu pada kamus, melainkan umpatan yang merupakan varian lainnya dari kata anjing,” kata Dheka Dwi Agustiningsih, Dosen Prodi Bahasa dan Satra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (detik.com, 2022)
Selain ‘anjir‘, varian lain dari kata anjing untuk umpatan yakni ‘anjay‘, ‘ajig‘, ‘anjrit‘, dan ‘anying‘. Bagi orang yang tidak gaul seperti saya, tentu bertanya-tanya. Penasaran, saya mencoba mengulik arti kata ‘anjir‘ di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
- Anjir adalah saluran air, terusan atau kanal
- Anjir adalah pohon ‘ara’ (beringin/Ficus carica)
- Anjir adalah penanda letak jebakan rajungan, biasanya berupa sebatang kayu, atau balok berwarna mencolok (kosa kata yang digunakan nelayan)
Itu definisi kata ‘anjir‘ menurut KBBI, lalu apa hubungannya dengan judul di atas?. Ceritanya, beberapa waktu lalu, saya di chat sama teman yang rumahnya di Kapanewon Ponjong, namanya Molin. Ia. Bercerita tentang keluh kesah temannya yang rumahnya di Padukuhan Nganjir, Kalurahan Karangsari, Kapanewon Semin, Gunungkidul. Ceritanya, Padukuhan Nganjir, saat ini mengalami ancaman bencana tanah longsor.

Bahkan, di beberapa titik, longsor sudah mulai terjadi. Saat intensitas hujan tinggi, tiap malam warga dan pemuda mengadakan ronda bergantian untuk mengamati dan mengantisipasi jika terjadi tanah longsor. Gejala-gejala longsor juga sudah banyak terlihat, diantaranya rekahan tanah di lereng-lereng bukit sebelah atas dusun. Tanah retak memanjang memang menjadi salah satu indikasi atau tanda tanah longsor bisa segera terjadi (Kenali Jenis-Jenis Tanah Longsor, Penyebab, Pemicu dan Langkah Mitigasinya, rebowagen.com November 2022)
Beberapa teman Resan Gunungkidul kemudian mengunjungi Padukuhan Nganjir untuk melihat keadaan dan kemungkinan apa yang bisa dilakukan. Dari diskusi dengan warga, pemerintah dusun dan Karang Taruna Padukuhan Nganjir, akhirnya diputuskan mengadakan kegiatan edukasi tentang konservasi sebagai upaya mitigasi bencana tanah longsor. Dengan melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, dan dihadiri oleh Wakil Bupati Gunungkidul, Heri Susanto, kegiatan ini telah dilaksanakan pada hari Minggu 5 Maret 2023 lalu. Kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan dan penanaman bibit pohon buah kepada warga Padukuhan Nganjir.
Oleh teman-teman Resan Gunungkidul, hal ini ditindak lanjuti dengan program penanaman akar wangi (rumput vetyver). Mereka kemudian berupaya ‘nugar‘ atau meminta bibit tanaman akar wangi di Komunitas Sedulur Tandur Wonogiri. Akar wangi memang memiliki fungsi pencegah banjir dan tanah longsor yang sudah dikenal lama dan dikembangkan di banyak negara.

Selain fungsi Konservasi, akar wangi juga mempunyai nilai ekonomi tinggi, dimana akarnya bisa dijadikan kerajinan atau diolah menjadi minyak ‘atsiri’, (Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi, rebowagen.com, Maret 2023). Selanjutnya, program penanaman akar wangi di Padukuhan Nganjir, dilaksanakan pada Minggu 12 Maret 2023
Arti kata ‘anjir‘ menurut bahasa Jawa dan kaitannya dengan upaya mitigasi longsor
Saya tergelitik dengan kata ‘anjir‘ yang trending digunakan untuk bahasa gaul yang ternyata jauh dari arti sebenarnya. Menjadi penting disini kita ketahui agar generasi muda tidak hanya sekedar latah dan sekedar ikut-ikutan trend. Lebih jauh lagi, dengan mengerti arti yang sebenarnya, kosa kata ini tidak akan hilang bersama kelirunya pemahaman dalam mengartikannya.
Dalam buku Bausastra Jawa karya Poerwadaminta 1939 #75, kata ‘anjir‘ diartikan sebagai ‘patok‘ atau ‘tenger‘
- Anjir, pathokan dawa dianggo tĂŞtĂŞngĂŞr lsp; ĂŞngg. 2 kuli padesan kang pinatah ndandani dalan; di-(x)-i; dpasangi anjir”
- Anjir (Ind) : wit anjir (bangsa ara kĂŞlĂŞbuk) – (Bausastra Indonesia- Jawi, Purwadarminta, c. 1939,#1979)
- Anjir (anjIr) : zie nganjir. (Javaansch-nedeerduitsch Woordenboek, Gericke en Roorda, 1847, # 16
- Anjir (anjIr) : ka, nanging sampun dados Jawi, mèh satêngah kados ancêr ancêr. (Surat-menyurat Rângga Warsita, LOr 2235,c. 1836-44,#869
- Nganjir (nanjIr) : pc. kaya anjir (ngadĂŞk njĂŞjĂŞr); kc. anjir (Bausastra Jawa, Poerwadarminta ,1939, #75)
Ada beberapa pengartian yang sama antara KBBI dan Bausastra Jawa. Intinya, bahwa kata ‘anjir‘ bukan sinonim dari kata umpatan kasar (anjing). Hal ini yang harus kita ketahui.

Lalu, apa hubungannya dengan Padukuhan Nganjir yang terancam longsor dan upaya mitigasinya dengan menanam pohon konservasi?. Berikut beberapa hal yang dapat kita bahas. Di KBBI, ‘anjir‘ diartikan sebagai kanal atau saluran air, pohon ara (beringin) dan patok (tonggak). Hampir sama, Bausastra Jawa juga mengartikan ‘anjir‘ identik dengan hal itu
Anjir sebagai Saluran Air
Salah satu upaya untuk mitigasi longsor adalah dengan pembuatan saluran air yang benar. Jika pada daerah tangkapan air hujan tidak ada atau tidak diatur saluran airnya, maka yang terjadi, air hujan permukaan akan mengalir secara acak.
Saat kondisi tanah labil (gundul atau jenis vegetasi tidak tepat), maka air akan mengikis tanah sehingga terjadi erosi. Akibat erosi, akan terjadi rekahan-rekahan tanah, pada titik ini, air hujan mulai masuk ke dalam tanah, sehingga memicu terjadinya tanah longsor.
Anjir sebagai Pohon Ara
Pohon Ara (Ficus carica) adalah salah satu jenis dari pohon beringin. Tumbuhan ini diketahui mempunyai fungsi konservasi lingkungan yang sangat bagus. Baik konservasi tanah, air maupun udara. Beringin mempunyai akar yang sifatnya menghujam dalam ke tanah. Tudung pohon yang lebar seperti payung, berperan dalam melindungi tanah dari hantaman air hujan langsung. Akar serabutnya berfungsi mengikat tanah, menyimpan cadangan air tanah dan mengeluarkannya dalam wujud mata air. Beringin adalah jenis pohon konservasi utama sehingga sering menjadi pilihan untuk konservasi lahan kritis ataupun lereng-lereng perbukitan.
Anjir sebagai Patok

Di daerah Jawa Tengah, atau Pantura, kata ‘anjir‘ merupakan kosa kata yang umum digunakan oleh nelayan. Diartikan sebagai ‘tenger‘ atau ‘tumbal’ untuk penanda letak jebakan ‘rajungan‘ (sejenis kepiting laut). Anjir biasanya dibuat dari sebatang kayu atau balok dan dicat berwarna mencolok. Di Gunungkidul, ‘anjir‘ lebih diartikan sebagai ‘patok‘ yang ditancapkan di tanah. Kata ‘nganjir‘ lebih mengacu pada kata kerja yakni ‘memasang anjir‘. ‘Ngadek kaya anjir‘ (berdiri berjejer-jejer).
Meski tidak ada sumber literasi sejarahnya, dengan ilmu ‘otak-atik gatuk‘, saya kok jadi berfikir bahwa dulu, leluhur Padukuhan Nganjir menamakan wilayahnya dengan kata ‘nganjir‘ pasti ada maksud dan tujuannya. Mereka tentu menyadari bahwa wilayahnya yang secara topografi berupa bukit-bukit akan rawan longsor.

Penyematan nama ‘anjir/nganjir‘ bermaksud sebagai sebuah bentuk ‘pengingat’ bahwa wilayah ini butuh penataan lingkungan yang tepat. Pentingnya pembuatan saluran air dan pembagian kawasan, (di mana ditanam jenis tumbuhan produksi/ekonomi dan bagian mana kawasan konservasi). Nganjir yang diartikan ‘berdiri berjejer-jejer’ juga bisa diartikan sebagai sebuah sifat kebersamaan dan gotong-royong dalam upaya menjaga ‘patok‘ tanah Nganjir agar terus bisa diwariskan dan ditempati sebagai ruang hidup generasi selanjutnya.