Budaya(rebowagen.com)– ‘Ardi Kidul‘ atau Gunungkidul adalah wilayah paling selatan Yogyakarta yang menghadap langsung luasnya Samudera Hindia. Stigma negatif sebagai daerah kering dan miskin lama tersandang di Kabupaten terluas di DIY ini. Saat ini berputarnya ‘Cakra manggilingan‘ zaman, membalik semua cap Gunungkidul sebagai daerah marjinal. Aneka ragam potensi geografis bagai hamparan surga yang menarik jutaan wisatawan. Berbagai proyek strategis pemerintah, akhirnya menarik Investor dengan kapital besar untuk berinvestasi di Gunungkidul.
Pembangunan dan kemajuan zaman memang ibarat dua keping mata uang, dua sisi yang tak terpisahkan. Di samping efek positifnya tentu dampak negatif yang menyertainya tak bisa dihindari. Hal-hal yang terkait dengan kelestarian alam, alih fungsi sampai alih kepemilikan tanah/lahan hingga krisis identitas menjadi sebuah kenyataan yang dihadapi Gunungkidul sekarang.
Hajatan selama sepekan yang berjudul ‘climen’, dalam Bahasa Jawa memiliki arti ‘sederhana’. Kesederhanaan ini menjadi sebuah semangat bagi siapapun untuk kembali menengok Gunungkidul kita. Agenda ini adalah ruang untuk kembali merasakan, mengingat, memaknai, dan belajar bagaimana menjadi Gunungkidul. Pekan Climen Rebowagen semoga bisa mengingatkan kembali bahwa kita memiliki anugerah alam yang luar biasa. Ruang hidup bersama berwujud batuan kapur yang didalamnya hidup dan berkembang ragam kehidupan yang membangun peradaban besar bernama Gunungkidul.
‘Belajar Menjadi Gunungkidul‘ menjadi tema sekaligus misi yang dimaknai sebagai upaya untuk memperluas kesadaran. Bahwa sepetak tanah karst tua yang dulu termarjinalkan, saat ini menjadi ‘new idol‘ yang mempunyai daya tarik bagi siapapun. Bahwa Gunungkidul sekarang sedang berjalan menuju modernitas. Dan jika kita terjebak dalam euforia sesaat, maka lambat tapi pasti kita akan kehilangan Gunungkidul.
Agenda Pekan Climen Rebowagen
Merespon tema ‘Belajar Menjadi Gunungkidul‘ Pekan Climen Rebowagen mengajak para kawula muda Gunungkidul dengan rentang usia maksimal 23 tahun untuk merefleksikan cinta dan keresahannya pada Bumi Handayani dalam wujud sebuah karya seni rupa. Pameran seni rupa rertajuk ‘Belajar Menjadi Gunungkidul‘ akan digelar selama 7 hari.
Pameran seni rupa kali ini, Pekan Climen ingin memberi ruang seluas-luasnya serta apresiasi sebanyak-banyaknya bagi para kawula muda Gunungkidul untuk berani berkarya dan memamerkan karyanya kepada khalayak. Karena semua berawal dari keberanian, yang semoga bisa menyelamatkan.
Agenda yang lainnya adalah ‘open studio‘, atau bahasa kami ‘tukar kawruh‘. Berbagai komunitas dan personal yang mempunyai gerakan nyata untuk membangun Gunungkidul akan berbagi pengalamannya. Open Studio ini dikemas dalam bentuk Workshop atau kelas dalam project Sinambi Sinau. Pelatihan pupuk dan pertanian organik, jamu dan herbal, pengelolaan sampah, bungkus makanan dari daun, anyaman daun kelapa, pelatihan membatik, hingga tutorial menggunakan pakaian adat Jawa menjadi pengisi agenda dalam sepekan. Kelas ini free bagi siapapun yang berminat dan tidak dipungut biaya.
Juga ada pementasan Wayang Resan, sebuah karya dari Komunitas Resan Gunungkidul untuk mengkampanyekan pelestarian lingkungan dengan media kesenian wayang. Komunitas seni ABDW menyajikan seni kolaboratif bertajuk ‘kemul’ yang juga mempresentasikan tentang budaya menghormati alam.
Pêkan Climèn Rêbowagèn digelar di Sinambi Farm, Sumbermulyo, Kepek, Wonosari tanggal 20-27 Oktober 2022.
Mengusung tema ‘Belajar Menjadi Gunungkidul‘ acara ini diharapkan mampu menjadi sebuah kolaborasi antar entitas dan komunitas dengan menjunjung nilai-nilai kerja keras, gotong royong, guyub rukun serta arif menjaga alam, lingkungan dan budaya Gunungkidul.
Mari bersama Belajar Menjadi Gunungkidul, berbangga hati dan terus mencintai tanah kelahiran dan ruang hidup kita. Semoga Lestari.
Maturnuwun.
#MenjadiGunungkidul
#Rêbowagèn
#BelajarMenjadiGunungkidul
#PêkanClimènRêbowagèn