Lingkungan(rebowagen.com)- Asam Jawa (Tamarindus indica), sering juga disebut asam kawak. Pohon ini menghasilkan buah polong, berbentuk panjang menyerupai buah kedelai. Buahnya berwarna coklat seperti gula jawa, rasa buahnya asam yang khas. Pada masa kanak-kanak, saya sering memakan buah asam jawa yang langsung jatuh di bawah pohonnya. Di tepi sungai yang mengalirkan air jernih, tempat saya dan teman masa kecil mandi dan berenang. Masa-masa itu sangat melekat dalam ingatan. Sebelum berenang saya dan teman-teman biasanya lomba berlari menuju bawah pohon asam jawa. Tentu dengan tujuan mendapatkan buah asam yang lebih banyak dari teman yang lain.
Di tengah mandi berenang kami memakan buah asam ini. Saat masuk ke dalam mulut, otomatis rasa asam langsung menyergap lidah. Tanpa sadar kepala bergidik, mata terpejam, air ludah mengalir dengan cepat.
Buah asam jawa untuk bumbu kuliner
Dalam dunia kuliner tradisional asam jawa dikenal sebagai bumbu penyedap masakan. Misalnya, adalah kuliner yang bersifat makanan ringan atau makan cemilan yang diproses tanpa menggunakan panas api. Olahan rujak, lotis, gado-gado, lotek, pecel menggunakan buah asam Jawa sebagai bumbu agar segar di lidah penikmatnya. Berpadu dengan bumbu kacang tanah sangrai, bersama rempah-rempah penambah rasa nikmat misalnya kencur dan ‘temu poh’ yang disebut juga kunyit putih.
Olahan masakan berat yang terhidang bersama nasi juga sering menggunakan bumbu buah asam jawa yang sering dihidangkan siang hari saat waktu makan siang. Misalnya adalah sayur sop, sayur asam atau olahan urab ‘brambang asem‘. Kuliner dengan bahan dasar daun ubi jalar yang direbus setengah matang ini menjadi menu sempurna ketika ditambah dengan sambal terasi dan tempe goreng.
Daun asam jawa juga merupakan bumbu masakan yang lebih sering digunakan untuk masakan yang bersifat bakar di dalam daun, misalnya adalah olahan pepes ikan. Di Gunungkidul memasak ikan dengan daun pisang yang dimasak dalam bara api bernama ‘linthing’. Dahulu Sungai Pancuran di kawasan Kapanewon Wonosari sampai wilayah kali Gowang Kapanewon Paliyan adalah sungai yang banyak ikan belut lokal. Bapak saya adalah seorang pencari ikan bersisik dan ikan belut yang lebih senang memasak ikan hasil tangkapannya dengan di-‘linthing‘.
Cara ‘melinthing‘ Ikan belut ialah, belut dipotong kecil-kecil kemudian ditaburi sedikit garam ditambah dengan daun asam Jawa tua dan muda, setelahnya dibungkus dua lembar daun pisang. Fungsi dari daun asam jawa antara lain adalah menghilangkan amis khas belut lokal yang menyengat.
Olahan ‘linthing‘ nikmat dimakan bersama nasi atau sebagai teman minum teh panas. Kearifan lokal Kabupaten Gunungkidul tidak hanya ikan yang dimasak dengan cara ‘linthing‘, jamur liar yang tumbuh pada musim hujan seperti jamur barat (Clitocybe nebularis) disebut juga jamur corong awan, kerap di ‘linthing‘ dengan bumbu penyedap daun asam Jawa.
Buah asam jawa untuk kesehatan
Olahan jamu tradisional asam jawa dicampur dengan kunir kuning telah ada sejak lama. Diolah dengan cara yang sederhana menggunakan ‘lumpang‘ tumbuk dan parutan manual. Sering kali dilakukan oleh seorang wanita yang telah berusia lanjut. Cara penjualan jamu ini juga dilakukan secara tradisional yakni dengan cara digendhong diatas ‘tenggok‘ berkeliling kampung, maka muncul istilah jamu gendhong.
Hari ini metode penjualan jamu tradisional lebih beragam, dengan tujuan mengemas jamu agar lebih menarik minat para pembeli. Misalnya dengan metode penyajian minum jamu menggunakan batok kelapa. Sementara, para pemodal besar mengemas jamu instan berbentuk bubuk yang menjangkau pasar-pasar modern dan pusat perbelanjaan di kota besar. Hal ini tentu mempermudah para konsumen mendapat manfaat jamu tradisional.
Melansir merdeka.com, jamu kunyit asam secara turun temurun dikenal sebagai obat atau jamu tradisional. Kunyit tinggi kandungan ‘kurkumin‘, sedangkan asam kaya kandungan vitamin. Kedua bahan tersebut mengandung berbagai macam vitamin serta senyawa yang bersifat antiinflamasi dan antibakteri. Sehingga berkontribusi baik terhadap kesehatan tubuh dan kecantikan kulit.
Wajar bila jamu tradisional kunyit asam ini banyak digemari masyarakat. Apalagi dengan sensasi rasa yang menggiurkan, perpaduan manis dan asam. Anda tak perlu takut dengan rasa pahit yang biasanya muncul saat meneguknya.
Jamu kunyit asam memiliki khasiat diantaranya:
- melancarkan dan mengurangi nyeri haid
- mencegah resiko kanker
- meredakan radang
- mengatasi keputihan
- menurunkan kadar gula
- mengatasi perut kembung
- meningkatkan daya tahan tubuh
Jamu ini juga dikenal bermanfaat untuk mengurangi bau badan, sampai meningkatkan daya ingat, serta masih banyak manfaat lainnya.
Pohon asam jawa dalam tata ruang kesusastraan Jawa
Di dalam sastra Jawa pohon asam jawa memiliki filosofi ilmu yang bermakna luhur dalam kehidupan. Bagian dari pohon asam jawa banyak diambil dan digunakan sebagai makna simbol dan perumpamaan kehidupan pada masyarakat. Sastra Jawa mengenal beberapa istilah untuk perumpamaan bahasa, jika dalam bahasa Indonesia kita mengenal istilah ‘majas bahasa‘, misal hiperbola, sarkasme, ironi, personifikasi, alegori dan yang lainnya. Nah, dalam sastra Jawa, ada beberapa istilah yang menyerupai ‘majas‘ ini, diantaranya,
Jarwa dhosok
Berasal dari kata ‘jarwa‘ yang artinya penjabaran atau keterangan, ‘dhosok‘ berarti mendesak maju. Jarwa dhosok dapat diartikan keterangan menurut penjabaran kata dengan dikira-kira atau menurut pikiran orang yang menerangkan. Istilah lainnya adalah mengartikan sebuah benda bergantung dengan kebutuhan pengartiannya. Bagian pohon asam jawa yang digunakan untuk ‘jarwa dhosok‘ adalah tunas daun yang disebut ‘sinom‘.
Sinom adalah daun asam Jawa yang masih muda yang berwarna kuning gading. Dalam ‘tembang/sekar macapat‘, istilah ‘sinom‘ digunakan dalam salah satu bait. ‘Tembang/sekar Macapat‘ sebagai penggambaran awal mula kehidupan sampai akhir kehidupan. ‘Sinom‘ bermakna ‘jarwa dhosok‘ ‘tasih anom‘ atau masih muda.
Istilah ‘sinom‘ bisa digunakan berdiri sendiri, atau dalam rangkaian kalimat ‘jarwa dhosok‘. Misal, “Bocah kae sregep, dasare cen asem sinom” , kalimat ini bisa dimaknai penggambaran seorang anak muda yang rajin, giat bekerja, energik dan mempesona.
Pohon asam (asem) sendiri memiliki makna jarwa dhosokĀ ‘akarya sengsem‘ yang bisa diartikan membuat terpesona. Dalam penjabarannya, pohon asam memang membuat terpesona orang yang memandangnya. Jika pohon asam tumbuh di sekitar rumah maka bermaksud membuat orang yang datang bertamu terpesona. Dengan makna terpesona secara lahir karena tata ruang dan bangunan huni yang indah. Sedangkan makna terpesona secara batin adalah terpesona dengan keramahan, kesopanan dan budi pekerti dari pemilik rumah.
Tak mengherankan, pohon asam jawa sering di tanam di tempat-tempat strategis, gedung pemerintahan atau sekolahan. Di Kota Yogyakarta, pohon ini ditanam di berbagai kawasan sumbu filosofi kota. Ini menegaskan bahwa pohon asam jawa memiliki aura atau kharisma yang dalam bagi spritualitas Keraton Yogyakarta.
Pasemon
Adalah teknik membandingkan objek dengan objek lain dengan cara halus dan semu tanpa bersinggungan langsung. Pasemon dimaksudkan memberikan arahan dan nasehat tanpa menggurui secara langsung. Menghindari satu pihak bisa tersinggung atau terluka.
Bagian pohon asam jawa yang sering dikutip untuk ‘pasemon‘ adalah ‘klungsu‘ (buah asam) yang telah tua, berwarna coklat tua atau hitam.
“Klungsu-klungsu waton udhu“, kalimat ‘pasemon‘ ini bisa dimaknai, walaupun kecil dan sedikit, tapi tetap berusaha berpartisipasi memberikan andil dalam suatu pekerjaan bersama (sesuai kemampuan masing-masing).
Pohon asam Jawa konon memiliki daya energi yang cenderung positif. Tak mengherankan di Jawa banyak para pemilik pusaka atau tosan aji memakai kayunya untuk rumah pusaka yang disebut ‘warangka‘. Kayu asam Jawa yang tua dan keras memiliki tekstur gambar yang indah. Warangka kayu bertekstur gambar indah disebut dengan ‘pamor warangka‘ atau ‘pamor landeyan‘.
Inti kayu asam jawa disebut ‘galih asem‘, berwarna coklat tua atau hitam. Orang Jawa percaya galih asem memiliki fungsi energi sebagai pembawa keberuntungan, penolak bala dan penarik welas asih. Tak mengherankan jika pohon asam jawa begitu diagungkan dan sakral.
Pohon asam jawa sebagai nama wilayah
Di Gunungkidul dan berbagai daerah yang lain, nama pohon asam (asem) banyak digunakan untuk nama dusun, desa maupun sebuah kawasan (toponimi). Leluhur tentu mengadopsi filosofi, fungsi dan manfaat dari pohon ini.
Melansir akun Instagram Komunitas Resan Gunungkidul, berikut daftar nama toponim dusun di Kabupaten Gunungkidul yang menggunakan nama pohon asam (asem) dan kekerabatannya per kapanewon se-Gunungkidul:
- Dusun Karangasem Kalurahan Pulutan Kapanewon Wonosari
- Dusun Karangasem Kalurahan Mula Kapanewon Wonosari
- Dusun Ngasemreja Kalurahan Ngawu Kapanewon Playen
- Dusun Ngasem Selatan Kalurahan Plembutan Kapanewon Playen
- Dusun Ngasem Utara Kalurahan Plembutan Kapanewon Playen
- Dusun Ngasem Kalurahan Getas Kapanewon Playen
- Dusun Ngasemayu Kalurahan Salam Kapanewon Pathuk
- Dusun Gunungasem Kalurahan Ngara-ara Kapanewon Pathuk
- Dusun Ngasem Kalurahan Tepus Kapanewon Tepus;
- Dusun Asemlulang Kalurahan Sidareja Kapanewon Ponjong
- Dusun Karangasem Kalurahan Karangasem Kapanewon Ponjong
- Dusun Ngasem Lor Kalurahan Bohol Kapanewon Rongkob
- Dusun Ngasem Kidul Kalurahan Bohol Kapanewon Rongkob
- Dusun Ngasem Kalurahan Batadhayakan Kapanewon Rongkob
- Dusun Karangasem Kalurahan Bulureja Kapanewon Semin
- Dusun Ngasem Kalurahan Karangsari Kapanewon Semin
- Dusun Karangasem Kalurahan Sampang Kapanewon Gedhangsari
- Dusun Ngasem Kalurahan Ngalang Kapanewon Gedhangsari
- Dusun Ngasem Kalurahan Thileng Kapanewon Girisuba
- Dusun Ngasem Kalurahan Kemiri Kapanewon Tanjungsari
- Dusun Ngasem Kalurahan Kemadang Kapanewon Tanjungsari
- Dusun Karangasem A Kalurahan Karangasem Kapanewon Paliyan
- Dusun Karangasem B Kalurahan Karangasem Kapanewon Paliyan
- Dusun Jasem Lor Kalurahan Pacareja Kapanewon Semanu
- Dusun Jasem Kidul Kalurahan Pacareja Kapanewon Semanu
- Dusun Sinom Kalurahan Kedungpoh Kapanewon Nglipar.