• Tentang
  • Team
  • Pedoman
  • Kontak
Senin, 11 Desember 2023
rebowagen.com
  • Beranda
  • Lingkungan
    Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

    Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

    Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

    Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

    ‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

    ‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

    Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

    Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

    Sabar dan Ikhlas, Teladan dan Makna Perjuangan Mbah Sadiman Menghijaukan Bumi

    Sabar dan Ikhlas, Teladan dan Makna Perjuangan Mbah Sadiman Menghijaukan Bumi

    Kawasan Bentang Alam Karst Gunungkidul, ‘Sak Kêpêl Cunthêl, Sak Upa Dawa?

    Kawasan Bentang Alam Karst Gunungkidul, ‘Sak Kêpêl Cunthêl, Sak Upa Dawa?

    Trending Tags

  • Seni & Budaya
    • Semua
    • Adat
    • Pertanian
    • Seni
    Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

    Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

    Nyadran Bulan Ruwah, Momen Orang Jawa ‘Mengeti Arwah’

    Nyadran Bulan Ruwah, Momen Orang Jawa ‘Mengeti Arwah’

    Fungsi, Alat, dan Romantisme Pawon (Dapur) Tradisional Gunungkidul

    Fungsi, Alat, dan Romantisme Pawon (Dapur) Tradisional Gunungkidul

    Tradisi Wedangan, Sebuah Strategi Komunikasi Orang Gunungkidul

    Tradisi Wedangan, Sebuah Strategi Komunikasi Orang Gunungkidul

    Pijat Refleksi ABDW, Meraba, Memijat Pusat-Pusat Simpul Permasalahan Sosial Gunungkidul

    Pijat Refleksi ABDW, Meraba, Memijat Pusat-Pusat Simpul Permasalahan Sosial Gunungkidul

    ‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

    ‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

    Cerita Reyog Dhodhog, Seni Reyog Yang Konon Paling Klasik di Gunungkidul

    Cerita Reyog Dhodhog, Seni Reyog Yang Konon Paling Klasik di Gunungkidul

    Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

    Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

    Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

    Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

  • Sejarah
    • Semua
    • Cerita Rakyat
    Napak Tilas Sejarah Pergantian Nama Empat Padukuhan di Kalurahan Kepek, Wonosari, Gunungkidul

    Napak Tilas Sejarah Pergantian Nama Empat Padukuhan di Kalurahan Kepek, Wonosari, Gunungkidul

    Penamaan Tempat di Gunungkidul Berdasarkan pada Kondisi Geografisnya

    Penamaan Tempat di Gunungkidul Berdasarkan pada Kondisi Geografisnya

    Kilas Balik ‘Verdon Gorge van Java’, Air Terjun Sri Gethuk Yang Menawan

    Kilas Balik ‘Verdon Gorge van Java’, Air Terjun Sri Gethuk Yang Menawan

    Nestapa Zaman Gaber dan Upaya Masyarakat Gunungkidul Bertahan Hidup

    Nestapa Zaman Gaber dan Upaya Masyarakat Gunungkidul Bertahan Hidup

    Tugu Jumenengan di Gunungkidul,  Tanda Sejarah Penobatan Sri Sultan Hamengkubuwana IX

    Tugu Jumenengan di Gunungkidul, Tanda Sejarah Penobatan Sri Sultan Hamengkubuwana IX

    Makna Tradisi Gumbregan, Kearifan Sikap Petani Terhadap Hewan Ternak

    Makna Tradisi Gumbregan, Kearifan Sikap Petani Terhadap Hewan Ternak

    Tebing Pantai Ngungap, Napak Tilas Junghuhn Setelah Lebih Dari Satu Setengah Abad

    Tebing Pantai Ngungap, Napak Tilas Junghuhn Setelah Lebih Dari Satu Setengah Abad

    Tugu Handayani: Simbol Identitas dan Perjuangan Masyarakat Gunungkidul

    Tugu Handayani: Simbol Identitas dan Perjuangan Masyarakat Gunungkidul

    Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

    Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

    Gapura Lar Badak: Ikon Gunungkidul yang Penuh Makna

    Gapura Lar Badak: Ikon Gunungkidul yang Penuh Makna

    Trending Tags

  • Sosial
  • Kearifan Lokal
  • Mitos
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Lingkungan
    Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

    Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

    Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

    Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

    ‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

    ‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

    Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

    Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

    Sabar dan Ikhlas, Teladan dan Makna Perjuangan Mbah Sadiman Menghijaukan Bumi

    Sabar dan Ikhlas, Teladan dan Makna Perjuangan Mbah Sadiman Menghijaukan Bumi

    Kawasan Bentang Alam Karst Gunungkidul, ‘Sak Kêpêl Cunthêl, Sak Upa Dawa?

    Kawasan Bentang Alam Karst Gunungkidul, ‘Sak Kêpêl Cunthêl, Sak Upa Dawa?

    Trending Tags

  • Seni & Budaya
    • Semua
    • Adat
    • Pertanian
    • Seni
    Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

    Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

    Nyadran Bulan Ruwah, Momen Orang Jawa ‘Mengeti Arwah’

    Nyadran Bulan Ruwah, Momen Orang Jawa ‘Mengeti Arwah’

    Fungsi, Alat, dan Romantisme Pawon (Dapur) Tradisional Gunungkidul

    Fungsi, Alat, dan Romantisme Pawon (Dapur) Tradisional Gunungkidul

    Tradisi Wedangan, Sebuah Strategi Komunikasi Orang Gunungkidul

    Tradisi Wedangan, Sebuah Strategi Komunikasi Orang Gunungkidul

    Pijat Refleksi ABDW, Meraba, Memijat Pusat-Pusat Simpul Permasalahan Sosial Gunungkidul

    Pijat Refleksi ABDW, Meraba, Memijat Pusat-Pusat Simpul Permasalahan Sosial Gunungkidul

    ‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

    ‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

    Cerita Reyog Dhodhog, Seni Reyog Yang Konon Paling Klasik di Gunungkidul

    Cerita Reyog Dhodhog, Seni Reyog Yang Konon Paling Klasik di Gunungkidul

    Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

    Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

    Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

    Makna Prosesi dan Ubarampe Upacara Adat Tingkeban atau Mitoni

  • Sejarah
    • Semua
    • Cerita Rakyat
    Napak Tilas Sejarah Pergantian Nama Empat Padukuhan di Kalurahan Kepek, Wonosari, Gunungkidul

    Napak Tilas Sejarah Pergantian Nama Empat Padukuhan di Kalurahan Kepek, Wonosari, Gunungkidul

    Penamaan Tempat di Gunungkidul Berdasarkan pada Kondisi Geografisnya

    Penamaan Tempat di Gunungkidul Berdasarkan pada Kondisi Geografisnya

    Kilas Balik ‘Verdon Gorge van Java’, Air Terjun Sri Gethuk Yang Menawan

    Kilas Balik ‘Verdon Gorge van Java’, Air Terjun Sri Gethuk Yang Menawan

    Nestapa Zaman Gaber dan Upaya Masyarakat Gunungkidul Bertahan Hidup

    Nestapa Zaman Gaber dan Upaya Masyarakat Gunungkidul Bertahan Hidup

    Tugu Jumenengan di Gunungkidul,  Tanda Sejarah Penobatan Sri Sultan Hamengkubuwana IX

    Tugu Jumenengan di Gunungkidul, Tanda Sejarah Penobatan Sri Sultan Hamengkubuwana IX

    Makna Tradisi Gumbregan, Kearifan Sikap Petani Terhadap Hewan Ternak

    Makna Tradisi Gumbregan, Kearifan Sikap Petani Terhadap Hewan Ternak

    Tebing Pantai Ngungap, Napak Tilas Junghuhn Setelah Lebih Dari Satu Setengah Abad

    Tebing Pantai Ngungap, Napak Tilas Junghuhn Setelah Lebih Dari Satu Setengah Abad

    Tugu Handayani: Simbol Identitas dan Perjuangan Masyarakat Gunungkidul

    Tugu Handayani: Simbol Identitas dan Perjuangan Masyarakat Gunungkidul

    Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

    Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

    Gapura Lar Badak: Ikon Gunungkidul yang Penuh Makna

    Gapura Lar Badak: Ikon Gunungkidul yang Penuh Makna

    Trending Tags

  • Sosial
  • Kearifan Lokal
  • Mitos
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
rebowagen.com
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Lingkungan

Alien Hitam Bersisik Kasar, Penghuni Baru Telaga-Telaga di Gunungkidul

Telaga adalah habitat alami dari beberapa spesies ikan, udang, kepiting serta beberapa hewan air endemik Gunungkidul. Sebelum ada trend telaga ditaburi benih ikan dan dijadikan pemancingan berbayar, masyarakat dulu sangat akrab dengan biota telaga yang bisa dikonsumsi menjadi lauk. Seiring waktu, faktor keringnya telaga, serta masuknya spesies ikan dari luar membuat telaga banyak kehilangan keanekaragaman hayatinya. Saat ini, di telaga-telaga yang tidak kering ketika musim kemarau, ada penghuni baru yang mendominasi. Spesies ikan 'invasif' berwarna hitam berisik kasar, yang akhirnya mendominasi habitat telaga.

Edi Padmo oleh Edi Padmo
19 September 2022
pada Lingkungan
0
Alien Hitam Bersisik Kasar, Penghuni Baru Telaga-Telaga di Gunungkidul
Bagikan di WhatsAppBagikan di Facebook

Lingkungan (rebowagen.com)– Dua orang anak kecil, siang itu tampak berjalan menyusuri tepi Telaga Bacak dengan menenteng pancingan. Salah seorang yang dipanggil Fatur tangan kirinya memegang plastik yang berisi dua ikan mujaer kecil sebesar jari. Keduanya seperti tidak menghiraukan cuaca panas di musim pancaroba yang menyengat kulit. Wajah berbinar dan teriakan kegirangan pecah saat mata kail mereka mendapat ikan. Sebuah kegembiraan sederhana, kebahagiaan anak-anak yang terpancar dalam bayangan air telaga yang tampak mulai menyusut dan berwarna hijau.

Telaga Bacak sering disebut juga Telaga Blumbang Sari, terletak di Padukuhan Bacak, Kalurahan Monggol, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul. Kendati debitnya turun drastis di musim kemarau, namun air telaga Bacak masih bisa bertahan sepanjang tahun.

Dari cerita orang tua disana, telaga ini dulu sempat mengering karena ‘luweng‘ yang terbuka. Berbagai upaya dilakukan untuk menambalnya, namun selalu gagal. Padahal air telaga Bacak digunakan banyak padukuhan di sekitarnya untuk keperluan sehari-hari. Akhirnya, warga masyarakat mengadakan ritual upacara adat dengan menumbalkan kepala kerbau untuk menutup ‘luweng‘. Dan sejak saat itu, air telaga Bacak bisa bertahan sepanjang tahun sampai saat ini.

Telaga Bacak, salah satu telaga di Gunungkidul yang berlokasi di Kapanewon Saptosari

 

TulisanTerkait

Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

16 Maret 2023
Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

6 Maret 2023
‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

7 Februari 2023
Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

17 Desember 2022

Siang sungguh terik, panas matahari tanpa ampun menyengat kepala. Angin yang bertiup sepoi-sepoi tak mampu meredam cuaca gerah. Beruntung masih ada beberapa pohon besar di seputaran telaga Bacak. Tak kuat dengan hawa panas, saya berhenti mengikuti Fatur dan temannya, menyusuri tepi telaga untuk memancing ikan mujaer. Saya kemudian duduk di bawah pohon beringin, seteguk air mineral lumayan membasahi kerongkongan yang mulai kering.

Di bawah pohon, keadaan sungguh berbeda. Sejuk dan adem langsung menyambut. Dalam semilir angin yang begitu nyaman, tiba-tiba, aroma bau tak sedap menghampiri hidung. Celingukan mencari sumber bau, mata saya berhenti pada sosok bangkai ikan berwarna hitam di sela-sela rerumputan. Bangkai ikan itu masih utuh, hanya matanya yang hilang karena dimakan semut. Ikan itu ternyata adalah ikan sapu-sapu (plecostomus).

“Ikan sapu-sapu populasinya sekarang luar biasa di Telaga Bacak. Ikan Itu banyak yang menyangkut di kail pemancing, kemudian cuma dibuang dan jadi bangkai di seputaran telaga,” kata Taufik Nur Suratman, seorang pemuda Padukuhan Bacak yang siang itu menghampiri saya di telaga.

Menurut Taufik, pemancing memang tidak suka jika mendapat ikan sapu-sapu. Di samping karena bentuk tubuhnya yang sangar dan aneh, ikan ini diketahui berkulit/bersisik kasar dan keras. Dan, warga juga tidak tahu cara mengolah atau memasak ikan jenis ini.

Baca Juga

Makna dan Peran Tembang Dolanan Dalam Membentuk Karakter Kepribadian Anak Bangsa

Makna dan Peran Tembang Dolanan Dalam Membentuk Karakter Kepribadian Anak Bangsa

29 Juli 2022
Daftar Kosakata Jawa Lawas Yang Jarang Diucapkan Lagi, Adakah Yang Masih Tahu Artinya?

Daftar Kosakata Jawa Lawas Yang Jarang Diucapkan Lagi, Adakah Yang Masih Tahu Artinya?

12 Januari 2023

“Ada yang bilang, dagingnya beracun, kalau saya sendiri tidak tahu, apakah ikan itu ada dagingnya atau tidak, kulitnya sangat keras, jadi kalau mancing kebetulan dapat, ya, dibuang saja,” imbuh Taufik.

Menurutnya, sejak ikan sapu-sapu ini marak berkembang biak di telaga, jenis ikan yang lain jadi semakin jarang populasinya.

“Bahkan, dulu pernah ikan ditabur di telaga untuk event pemancingan, pas pemancingan dibuka, para pemancing kecewa karena yang mereka dapat kebanyakan hanya sapu-sapu,” lanjutnya.

Sejak itu, Telaga Bacak tak pernah lagi ditabur ikan untuk pemancingan. Padahal sebelumnya, pemancingan berbayar ini rutin diadakan dan dikelola oleh Karang Taruna. Pada akhirnya, keberadaan ikan sapu-sapu juga semakin tak terkendali.

 

Taufik sendiri mengaku tidak tahu darimana ikan itu berasal dan sejak kapan berkembang biak di Telaga Bacak. Sebelumnya, Telaga Bacak dikenal banyak dihuni ikan jenis mujaer, lele lokal, cethol, udang dan kepiting. Ada juga ikan sisa pemancingan, seperti tawes, nila atau tombro.

“Mungkin dulu bibit sapu-sapu ikut dalam taburan benih ikan, atau memang ada yang sengaja melepasnya di telaga, tapi ya entahlah, saya sendiri tidak tahu,” ujar Taufik bingung.

Ikan sapu-sapu juga sering disebut ‘plecostomus’, ‘pleco’, atau ‘plecs’ (ikan mulut terlipat). Spesies ini bukan asli/endemik Indonesia, melainkan berasal Amerika Selatan. Sampai saat ini, ada 10 jenis varian dari sapu-sapu. Secara umum, ciri fisik sapu-sapu dapat dikenali dari kulit/sisiknya yang keras dan kasar, berwarna coklat cenderung hitam dengan variasi kekuningan atau kehijauan, dengan sirip punggung yang besar. Lubang mulutnya terletak dibawah kepala.

Tulisan Terbaru

Bukan Sekedar Batu Perhiasan, Ternyata Banyak Manfaat Batu Akik Bagi Yang Percaya

Bukan Sekedar Batu Perhiasan, Ternyata Banyak Manfaat Batu Akik Bagi Yang Percaya

30 Maret 2023
Tular Srawung, Tujuh Pilar Perjuangan Sanggar Lumbung Kawruh

Tular Srawung, Tujuh Pilar Perjuangan Sanggar Lumbung Kawruh

29 Maret 2023
Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

Upacara Pangrupukan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 di Kaliwaru

25 Maret 2023
Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

16 Maret 2023

Orang Gunungkidul sering menyebut ikan ini sebagai ‘ikan indosiar‘. Ia dapat tumbuh sampai sepanjang 60 cm, dan memiliki usia hidup bisa mencapai 20 tahun. Sapu-sapu berkembang biak dengan cara bertelur yang diletakkan di lubang atau sela-sela batu yang tidak terkena air.

Diperkirakan, sapu-sapu masuk ke Indonesia sekitar tahun 1977. Pada awalnya, ikan ini banyak dicari untuk dijual sebagai ikan hias atau pembersih aquarium. Di Malaysia, sapu-sapu disebut ‘ikan bandaraya’ karena fungsinya sebagai ikan pembersih.

Sesuai dengan Permen-KP No. 41 Tahun 2014, tentang larangan pemasukan ikan berbahaya dari luar negeri ke wilayah Indonesia, sapu-sapu masuk dalam daftar 152 ikan invasif berbahaya. Selain sapu-sapu juga ada jenis Aligator, Arapaima gigas, Piranha, Peacock Bass dan banyak lagi yang lain.

Plecostomus (pleco) atau sering disebut ikan sapu-sapu

Ikan ini masuk dalam family ‘lorycariidae‘, dengan nama ilmiah ‘Glyptoperichthys gibbriceps‘. Termasuk dalam jenis ikan omnivora (pemakan segala). Sapu-sapu masuk dalam kategori berbahaya karena sifatnya yang invasif (cepat berkembang biak) dan bisa hidup di segala jenis perairan di Indonesia.

Disampaikan oleh Agung, aktivis Wild Water Indonesia (WWI) Gunungkidul, jika populasi sapu-sapu tak terkendali, maka akan menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem perairan secara umum.

“Dampak ini bisa meliputi perubahan struktur lingkungan perairan dan gangguan rantai makanan. Juga bisa menyebabkan persaingan ruang hidup bagi ikan endemik, perubahan komunitas tumbuhan air, dan kerusakan pada alat tangkap ikan,” terang Agung.

WWI sendiri beranggotakan relawan-relawan yang peduli terhadap kelestarian ikan endemik. Mereka melakukan pendataan spesies ikan lokal dan juga merilis bibitnya ke perairan umum.

“Yang paling berbahaya jika populasi sapu-sapu ini sampai mengakibatkan populasi ikan ikan kecil endemik semakin berkurang bahkan hilang. Sapu-sapu ini jenis ikan yang tidak ada top predator alaminya,”

lanjut Agung.

Untuk perkembangannya di perairan Gunungkidul, Agung menyebut bahwa beberapa sungai kecil terutama yang berhulu atau melewati kota, keberadaan sapu-sapu sudah semakin marak dan menyebar.

“Telur sapu-sapu diletakkan di lubang, jadi sangat susah untuk pengendaliannya di alam. Paling dijaring, meski ini juga kurang efisien. Sampai saat ini, WWI memang belum memprogramkan agenda pemberantasan sapu-sapu” imbuh Agung.

Selain di Telaga Bacak, populasi sapu-sapu marak juga di beberapa telaga lain di wilayah Gunungkidul. Diantaranya Telaga Winong, Ngomang, dan Boromo. Telaga-telaga itu memang termasuk sisa-sisa telaga di Gunungkidul yang tidak pernah kering sepanjang tahun.

Berteduh di bawah pohon beringin Telaga Bacak

“Kalau di Telaga Boromo, saat ini sudah hampir tidak ada sapu-sapu. Telaga Boromo sempat terbuka luwengnya saat banjir besar badai Cempaka. Akibatnya, telaga kering dan sapu-sapu dengan jumlah yang banyak akhirnya mati,” kata Sukandar, seorang warga yang rumahnya dekat dengan Telaga Boromo.

Menurut Sukandar, populasi sapu-sapu memang pernah mendominasi Telaga Boromo dalam jangka waktu yang lumayan lama. Saat itu, populasi jenis ikan kecil lainnya menjadi sangat menurun.

“Awal masuknya waktu saya SMA, sekitar tahun 2000an, waktu itu di pasar ada yang menjual sapu-sapu untuk ikan hias, tidak tahu kok bisa masuk dan berkembang biak di telaga,”

imbuh Sukandar.

Melansir orami.co.id sebetulnya daging ikan sapu-sapu ini bisa dikonsumsi. Dengan catatan, harus dilihat dulu asal dari hewan ini hidup. Jika lingkungannya tercemar limbah, ikan sapu-sapu dikhawatirkan terkontaminasi zat-zat yang berbahaya, sehingga tidak layak konsumsi.

Dari jurnal penelitian logam berat (Cd, Hg dan Pb) pada ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung, didapat keterangan bahwa telah ditemukan kandungan logam berat dalam daging sapu-sapu yang berhabitat dari sana. Tingkat pencemaran sungai ini memang sudah di luar ambang batas.

Menurut orami co.id, daging sapu-sapu aman dikonsumsi jika tempat hidupnya bersih, entah di aquarium maupun kolam budidaya. Menurut jurnal penelitian ‘Pterygoplichthys Pardalis berbagai ukuran Sebagai Sumber Asam Lemak Esensial‘ berikut beberapa manfaat dari daging sapu-sapu yang tidak terkontaminasi

  • Bisa mendetokfikasi tubuh
  • Menurunkan kadar kolesterol dalam darah
  • Menjaga kesehatan kulit
  • Menghilangkan stres
  • Menambah stamina tubuh
  • Mengurangi peradangan

Meski ternyata daging sapu-sapu ada manfaatnya untuk kesehatan, namun bagi warga Gunungkidul, ikan ini tetap menjadi ‘monster alien‘ yang sulit diterima keberadaannya. Daging sapu-sapu yang ternyata berpotensi terkontaminasi racun, semakin membuat warga atau pemancing tidak berani untuk mengkonsumsinya. Sebagai ikan invasif, jika populasinya semakin tak terkendali, tentu dampaknya nanti akan mengancam kelestarian biota lokal endemik Gunungkidul.

Maraknya sapu-sapu yang berkembang di sungai dan telaga di Gunungkidul, tentu butuh kepedulian banyak pihak untuk upaya pengendalian ikan invasif ini. Paling tidak, dinas terkait memberikan sosialisasi terkait fungsi dan bahaya dari ikan sapu-sapu, sokur-sokur, ada solusi untuk pengendaliannya.

Tags: EkosistemIkanSaptosariTelaga
KirimBagikan
Post Sebelum

Rumah Adat Jawa dan Trend Urbanisasinya

Post Selanjutnya

Kisah Tragis Sang Penjaga Alam – Airnya Dimanfaatkan, Penjaganya Dibunuh Perlahan

Edi Padmo

Edi Padmo

Penanam pohon

TulisanTerkait

Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor
Lingkungan

Anjir Bahasa Gaul, dan Dusun Nganjir Yang Terancam Longsor

16 Maret 2023
Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi
Lingkungan

Akar Wangi, Jenis Tanaman Konservasi Yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi

6 Maret 2023
‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional
Lingkungan

‘Ngedrek Lendhut’, Konsep Normalisasi Telaga Dengan Sistem Ekologi-Hidraulik, Berbasis Pengetahuan Tradisional

7 Februari 2023
Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul
Lingkungan

Karst dan Cadangan Air, Sekelumit Cerita Tentang Dunia Bawah Tanah Gunungkidul

17 Desember 2022
Post Selanjutnya
Kisah Tragis Sang Penjaga Alam – Airnya Dimanfaatkan, Penjaganya Dibunuh Perlahan

Kisah Tragis Sang Penjaga Alam - Airnya Dimanfaatkan, Penjaganya Dibunuh Perlahan

Hari-Hari Terakhir, ‘Patung Pengendhang’ di Bundaran Siyono yang akan Digantikan Tobong Gamping

Hari-Hari Terakhir, 'Patung Pengendhang' di Bundaran Siyono yang akan Digantikan Tobong Gamping

Mengenal Manfaat, Filosofi dan Toponimi dari Pohon Asam Jawa

Mengenal Manfaat, Filosofi dan Toponimi dari Pohon Asam Jawa

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Lainnya

Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

Pasar Kawak Seneng Siraman, Monumen Cinta Rangga Puspawilaga

1 tahun lalu
Mengenal Pohon Trembesi, Si Gagah Nan Teduh Penyerap Karbon Nomor Satu

Mengenal Pohon Trembesi, Si Gagah Nan Teduh Penyerap Karbon Nomor Satu

1 tahun lalu
Sinau Tetanen Gunungkidul, Kelas Pertanian Subsisten Ala Sekolah Pagesangan

Sinau Tetanen Gunungkidul, Kelas Pertanian Subsisten Ala Sekolah Pagesangan

1 tahun lalu
Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

Mengenal Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul dan Inti Ajarannya

11 bulan lalu
Menanam Orok-Orok, Cara Alami Menyuburkan Tanah Petani Gunungkidul

Menanam Orok-Orok, Cara Alami Menyuburkan Tanah Petani Gunungkidul

1 tahun lalu
‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

‘Sambatan, Neba, Derep’, Budaya Faktual Relasi dan Kohesi Sosial Warga Desa di Gunungkidul

10 bulan lalu
Tata Cara, Bahan dan Makna Jamasan Benda Pusaka

Tata Cara, Bahan dan Makna Jamasan Benda Pusaka

1 tahun lalu
rebowagen.com

  • Tentang
  • Team
  • Pedoman
  • Kontak

Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Home
  • Lingkungan
  • Seni & Budaya
    • Seni
  • Sejarah
    • Cerita Rakyat
    • Mitos
  • Sosial
  • Kearifan Lokal
  • Pertanian
  • Adat

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist